Tampilkan postingan dengan label Tradhisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tradhisi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Januari 2015

Kirab Apem Kaloran

Kanggo nyambut wulan suci Romadhon, warga Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudhus, nganakake kirab Apem Kaloran utawa kirab Apem Ruwahan kang mubengi desa. Kirab dianakake tanggal 5 Juni 2014, ing wayah sore. Sawise kirab, apem kang cacahe sepuluh ewu kuwi digawe rebutan ewunan warga.
Swasana ing Bale Desa Undaan Lor katon rame. Ora namung ing jrone bale desa, ing pelataran lan  dalan ngarep bale desa uga diseseki dening warga desa. Dheweke kabeh melu prosesi kirab kang nembe dilaksanakake kapisan.
Ing jerone kirab kasebut, apem kang cacahe sepulu ewu digawe gunungan, banjur digawa mubeng desa kang diwiwiti saka bale desa nganti tekan makam leluhur yaiku keturunan Adipati Kaloran, Zainal Abidin Surgiwali II.
Saliyane gunungan apem, uga ana gunungan kang isisne asil tani, kayata: pari, jagung, tela, woh-wohan lan sapanunggalane.

Ana ing makam keturunan Adipati Kaloran, dianakake donga-donga njaluk ngapura marang Gusti Allah kanthi dipimmpin dening kyai. Sawise donga, gunungan mau nembe digawe rebutan dening warga. Embuh iku nom, tuwa, cilik, gedhe padha sesek-sesekan supaya bisa pikantuk apem utawa asil tani. 

Senin, 05 Januari 2015

Nyadran di Desa Undaan Lor

Nyadran merupakan tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan. Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat desa Undaan Lor Kabupaten Kudus sedikit berbeda, tapi intinya mendoakan sanak saudara yang telah meninggal dunia. Masyarakat Undaan Lor biasa melakukan nyadran sebelum bulan puasa tiba, tepatnya pada akhir bulan Syakban. Sehingga pada hari itu, pemakaman umum islam padat dengan para peziarah.
Mereka melakukan nyadran bersama-sama dengan anggota keluarga mereka yang masih hidup. Mereka berkunjung ke kuburan sanak saudara yang telah meninggal atau biasa disebut dengan ziarah kubur. Sampai disana, mereka membacakan surat yasin dan tahlil untuk para ahli kubur khususnya sanak saudara yang telah dimakamkan di area pemakaman umum islam. Disana, mereka juga membersihkan makam dari rumput-rumput liar dan menaburkan bunga diatas makam.

Tujuan dari kegiatan ini adalah supaya mereka yang masih hidup ingat bahwa suatu saat mereka akan mati, hal ini sesuai dengan perintah Nabi Muhammad SAW. Mereka juga mendoakan yang telah meninggal supaya mendapatkan ampunan dan dengan melakukan kegiatan ini merupakan bukti bahwa mereka yang masih hidup masih ingat dan peduli terhadap mereka yang sudah mati.
(Dening Sariha Devi)

Selasa, 30 Desember 2014

Lamaran Di Kabupaten Kudus

Lamaran yaitu meminta wanita untuk dijadikan istri. Biasanya di Kudus, khususnya di Desa Undaan Lor, tempat berlangsungnya acara lamaran berada di rumah si wanita. Waktu pelaksanaan lamaran biasanya diajukan oleh keluarga si pria, kemudian keluarga si wanita diberitahu melalui orang kepercayaan keluarga si pria.
Biasanya waktu pelaksanaan lamaran sehabis isya’ sekitar pukul tujuh malam. Sehabis isya’, rombongan keluarga si pria datang ke rumah si wanita. Dengan disambut oleh kelurga si wanita, rombongan dipersilakan masuk. Kemudian wakil dari rombongan menyampaikan maksud dan tujuan mereka. Keluarga si pria dan wanita saling menyerahkan uba rampe yang terdiri dari: buah-buahan, jajanan pasar, kue-kue kering, dan sebagainya. Sebelum rombongan keluarga si pria pulang, mereka dijamu dengan hidangan yang telah disiapkan oleh keluarga si wanita.
Dengan berlangsungnya lamaran, si wanita dan pria sudah terikat satu sama lain. Dalam lamaran biasanya ditentukan juga kapan berlangsungnya pernikahan. Dan juga menjalin silaturahmi dari masing-masing keluarga.
(Dening Sariha Devi)

Senin, 29 Desember 2014

Sajian Dalam Memperingati Kelahiran Anak

Ketika menginjak tiga hari setelah kelahiran anak, biasanya di desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus diadakan acara  “bancaan” dimana dalam acara itu tetangga-tetangga yaitu ibu-ibu diundang ke rumah orang tua dari bayi yang baru lahir. Di dalam acara itu dipanjatkan doa untuk keselamatan si bayi, juga diumumkan nama dari anak yang baru lahir itu. Sebelum pulang, ibu-ibu yang telah diundang diberi nasi yang telah ada urapan beserta lauk seperti: tahu, tempe, dan telur. Sajian ini sederhana sekali, karena belum ada persiapan khusus. Sehingga sajian yang diberikan seadanya.
Menginjak 35 hari setelah kelahiran anak, juga diadakan acara dalam memperingati kelahirannya. Sajiannya lebih beragam, tidak hanya nasi dan lauk pauk. Ditambahkan beberapa jajanan yang bisa berupa gemblong (ketan yang telah ditumbuk atau ada yang mengatakan jadah), bolu kukus, nagasari, bugis, dan sebagainya. Sajian yang diberikan sesuai dengan kemampuan orang tua anak.
Peringatan 35 hari juga bisa diisi dengan acara muputi (aqiqahan) yaitu perintah penyembelihan kambing dalam rangka kelahiran anak yang ada dalam agama Islam. Kambing yang sudah disembelih dimasak terlebih dahulu sebelum diberikan kepada sanak saudara maupun tetangga. Biasanya daging kambing dimasak dengan santan. Acara ini sebenarnya sudah bisa dilaksanakan sejak hari ketujuh setelah kelahiran. Namun, karena bermacam alasan, bisa diundur hingga sebulan setelah kelahiran.
(Dening Sariha Devi)

Jumat, 19 Desember 2014

Tradhisi Bodo Kupat Ing Desa Undaan Lor

Desa Undaan Lor terletak di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Desa ini berada di dataran rendah dan merupakan desa yang terdiri dari gang-gang. Masyarakat di desa ini sebagian besar bekerja sebagai petani. Hal ini dikarenakan masih banyak area persawahan dan ladang.
Bodo Kupat atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan Hari Raya Ketupat jatuh pada hari ketujuh pada bulan Syawal.
Di Desa Undaan Lor, sehari sebelum Bodo Kupat biasanya masyarakat mulai mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan perayaan. Mulai dari membuat ketupat, lentog (seperti ketupat namun wadahnya dari daun pisang), lepet (terbuat dari beras ketan dibumbui parutan kelapa dan garam, wadahnya dari daun kelapa atau daun pisang yang dibentuk sedemikian rupa agar bisa dijadikan wadah, lalu direbus), opor ayam dan lain-lain.
Pada hari H, masyarakat berbondong-bondong ke masjid maupun musala terdekat dan tak lupa membawa hidangan-hidangan yang telah dibuat sebelumnya. Di tempat ibadah tersebut, mereka melafalkan tahlil dan do’a yang dipimpin oleh kyai ataupun yang ahli agama. Acara tersebut berlangsung pada pagi hari atau sekitar pukul enam pagi. Setelah do’a dan tahlil, mereka saling tukar menukar sajian yang telah dibuat masing-masing. Biasanya sajian yang dibawa masih ada sisanya walaupun sudah ada yang dimakan. Sajian tersebut lalu dibawa pulang oleh mereka.
Kupat yang berasal dari bahasa Jawa yaitu ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Yang berarti mereka mengakui kesalahan masing-masing dan saling memaafkan. Sehingga mereka kembali menjadi manusia yang bersih seperti bayi yang baru dilahirkan.

Makna yang terkandung dalam kegiatan ini adalah bertemunya anggota masyarakat yang jarang bertatap muka dalam satu tempat, dalam hal ini musala atau masjid. Dimana mereka bisa saling menyapa, dan menjalin tali silaturahmi diantara mereka. Sehingga tercipta lingkungan masyarakat yang rukun, aman, dan damai. 

Minggu, 30 November 2014

Tradhisi Buwuh Ing Pathi

Buwuh yaiku tradhisi nyumbang maring wong kang lagi duwe "gawe", tuladhane gawe bisa nikahan, sunatan lan sapanunggalane. Ana ing Pathi, biasane buwuhe arupa beras, gula, mi, dhuwit, rokok sak paket lan liya-liyane. Menawa sing duwe gawe isih dulur, buwuhe arupa:

  1. Beras, mi, gula (yen wong wadon utawa ibu-ibu),
  2. Rokok sak paket (yen wong lanang utawa bapak-bapak).

Menawa ora sedulur, biasane namung beras (ibu-ibu) lan dhuwit (bapak-bapak). Barang-barang kang diwenehake iku isih ana gegayutane kanggo acara, amarga bisa digawe sogatan tamu. Biasane yen sing duwe gawe uga nyatet sapa wae sing mara lan rupa buwuhe apa. Yen sing nyumbang genti dadi wong sing duwe gawe, iya mesthi kepengin diwenehi buwuh kang serupa karo kang wingi diwenehake. 
(Dening Sariha Devi)